AMBON, Sirimaupos.com — Panitia pelaksana Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) menuding PT Telkomsel Cabang Ambon melakukan praktik pembohongan publik setelah layanan internet yang dijanjikan gagal berfungsi. Akibatnya, siaran langsung pembukaan sidang yang dinantikan ribuan jemaat di seluruh Maluku tidak dapat terselenggara.
Kejadian ini terjadi sejak Jumat pekan lalu, ketika jaringan internet berkecepatan 600 Mbps yang dipasang Telkomsel untuk menunjang pelaksanaan sidang dan kegiatan live streaming tidak dapat digunakan.
“Sejak jaringan terpasang pada Jumat, sampai saat ini layanan tersebut tidak pernah berfungsi sebagaimana yang dijanjikan,” kata salah satu panitia bidang publikasi kepada Sirimaupos. com Minggu pagi (18/10)
Menurutnya, pihak panitia telah menyepakati kerja sama dengan Telkomsel dengan biaya sebesar Rp8 juta. Paket itu mencakup pemasangan wifi berkecepatan tinggi selama tujuh hari pelaksanaan sidang, guna memastikan konektivitas panitia, peserta, dan masyarakat yang ingin menyaksikan acara secara daring.
“Kesepakatan awal sangat jelas: jaringan aktif tujuh hari penuh untuk mendukung kegiatan Sidang Sinode dan akses publik. Tapi faktanya, setelah semua dipasang, jaringan tidak bisa digunakan sama sekali,” ujarnya menegaskan.
Ia menambahkan, kegagalan tersebut tidak hanya berdampak pada aspek teknis, tetapi juga mencoreng reputasi panitia di hadapan peserta sidang dan jemaat.
“Kami merasa dipermalukan. Acara sebesar Sidang Sinode yang seharusnya disiarkan ke seluruh umat GPM akhirnya tidak bisa berjalan lancar karena kegagalan Telkomsel,” ungkapnya kecewa.
Panitia menilai, insiden ini mencerminkan lemahnya profesionalitas pihak Telkomsel Ambon. Mereka bahkan menuding ada unsur penipuan dalam layanan yang dijual kepada panitia.

“Ini bentuk pembohongan publik. Kami membayar penuh untuk layanan yang tidak pernah berfungsi. Kalau bukan penipuan, lalu apa?” kata sumber tersebut geram.
Panitia meminta agar manajemen pusat Telkomsel segera turun tangan mengevaluasi kinerja Kepala Cabang Telkomsel Ambon.
“Kami minta Telkomsel pusat jangan tutup mata. Evaluasi pimpinan cabang Ambon karena pelayanan seperti ini jelas tidak profesional dan merugikan banyak pihak,” desaknya.
Kegagalan layanan internet itu juga berdampak pada agenda live streaming Sidang Sinode yang sudah disiapkan melalui berbagai kanal digital. Akibatnya, banyak jemaat di luar daerah kecewa karena tidak bisa mengikuti jalannya acara secara langsung.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, pihak Telkomsel Cabang Ambon belum memberikan tanggapan resmi atas tudingan tersebut. Upaya konfirmasi yang dilakukan Sirimaupos.com melalui telepon dan pesan singkat ke nomor perwakilan cabang belum direspons.
Pengamat komunikasi digital di Ambon, Yohanis Siwalette, menilai kasus ini harus menjadi pelajaran bagi penyedia layanan telekomunikasi agar tidak hanya menjual janji tanpa memastikan kesiapan teknis di lapangan.
“Reputasi perusahaan sebesar Telkomsel bisa rusak karena kegagalan seperti ini. Dalam konteks pelayanan publik, transparansi dan tanggung jawab adalah kunci,” kata Siwalette.
Ia menegaskan, konsumen berhak mendapatkan kompensasi atas layanan yang tidak sesuai kesepakatan, apalagi dalam konteks kegiatan keagamaan berskala besar seperti Sidang Sinode GPM.
“Ini bukan sekadar masalah teknis, tapi juga etika layanan. Harus ada klarifikasi terbuka dan langkah korektif,” tutupnya.
Dengan kekecewaan yang meluas, publik kini menanti sikap resmi Telkomsel. Jika tidak segera direspons, isu ini berpotensi mencoreng citra perusahaan di wilayah Maluku yang tengah mengandalkan pembangunan digital sebagai pilar ekonomi baru.(*)










